Harga Batu Bara Tertekan, PTBA Ekspansi Ekspor ke Vietnam di Tengah Lesunya Permintaan Tiongkok dan India
- Harga batu bara ICE Newcastle untuk pengiriman Mei 2025 turun ke USD 99 per ton.
- Impor batu bara Tiongkok turun 6% pada Maret 2025 akibat stok tinggi dan lemahnya permintaan.
- PTBA mulai diversifikasi ekspor ke Vietnam, menyusul lesunya permintaan dari Tiongkok dan India serta ketidakpastian global.
Harga kontrak berjangka batu bara ICE Newcastle untuk pengiriman Mei 2025 (LQK25) kembali melemah dalam perdagangan hari Jumat, 11 April 2025. Kontrak ditutup di level USD 99 per ton, turun 0,60 poin dari posisi sebelumnya. Sementara itu, dengan tekanan jual yang terus membayangi pasar, harga batu bara Newcastle telah merosot tajam sebesar 29,08% pada basis tahunan, sempat anjlok di bawah USD 97 hingga menyentuh USD 94,85 per ton per tanggal 11 April.
Penurunan harga terjadi seiring dengan melemahnya permintaan global, khususnya dari Tiongkok. Berdasarkan laporan Reuters, impor batu bara Tiongkok pada Maret 2025 turun 6% secara tahunan menjadi 38,73 juta ton — penurunan pertama sejak Maret 2022. Tekanan datang dari tingginya stok pelabuhan serta minimnya permintaan domestik, yang menekan harga spot batu bara ke titik terendah dalam empat tahun. Sementara harga lokal cenderung melemah, harga batu bara dari pemasok utama seperti Indonesia masih tinggi akibat kenaikan biaya produksi, mendorong Tiongkok beralih ke pasokan domestik. Total impor Tiongkok pada kuartal I-2025 tercatat 114,85 juta ton, turun 0,9% dari tahun lalu.
Di tengah tren pelemahan tersebut, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mengambil langkah ekspansi pasar ekspor. Mengutip laporan Bloomberg, Direktur Utama PTBA, Arsal Ismail, mengungkapkan bahwa perusahaan mulai menggarap pasar Vietnam, menyusul turunnya permintaan dari Tiongkok dan India akibat berlebihnya pasokan. Arsal juga menyoroti ketidakpastian global yang masih membayangi, termasuk dampak perang tarif antara AS dan Tiongkok serta lonjakan produksi batu bara di Negeri Tirai Bambu.
Meski harga batu bara global anjlok, PTBA tetap menjaga stabilitas ekspor. Arsal menegaskan, penerapan Harga Batu Bara Acuan (HBA) untuk ekspor tidak berdampak besar pada penjualan karena selisihnya dengan indeks harga lainnya tergolong kecil.
Selama 2024, PTBA mencatatkan pendapatan sebesar Rp42,76 triliun, tumbuh 11% dibanding tahun sebelumnya. Volume penjualan batu bara mencapai 42,89 juta ton, terdiri dari 53% pasar domestik dan 47% ekspor.